Shanghai, Bharata Online - Siemens tetap berkomitmen pada target ambisius pengurangan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 dan 2050, ujar Matthias Rebellius, Anggota Dewan Direksi Siemens AG dan CEO Infrastruktur Cerdas di Siemens AG, dalam acara China International Import Expo ke-8 di Shanghai.

Perusahaan tersebut akan mencapai target tersebut melalui berbagai cara, termasuk penggunaan teknologi rendah karbon di Tiongkok, katanya dalam wawancara dengan China Global Television Network (CGTN).

Rebellius juga mengatakan, Tiongkok telah menunjukkan perhatian tingkat tinggi dan mengambil tindakan proaktif terhadap keberlanjutan, termasuk dalam aspek kecerdasan buatan.

"Kami sedang membangun banyak pusat data, dan untuk menyediakan kemampuan guna memanfaatkan permintaan AI, yang juga sedang meroket di Tiongkok. Jadi, ini merupakan potensi bagi bisnis, tetapi kami juga membutuhkan energi, sehingga kami perlu mengintegrasikan energi terbarukan," kata Rebellius.

"Kami berkomitmen penuh pada semua emisi Cakupan 1, 2, dan 3 untuk mendukung pelanggan kami di seluruh dunia. Dan saya melihat banyak minat dan juga aktivitas terkait keberlanjutan di Tiongkok. Dengan perubahan global, ekonomi, dan politik, menjadi semakin penting untuk lebih dekat satu sama lain dan dengan mitra kami di Tiongkok. Dan kami terus berinovasi secara lokal untuk lokal. Hal itu penting bagi kami, juga dengan mitra Tiongkok di sini dan di seluruh negeri, untuk mengembangkan inovasi masa depan bagi perusahaan. Dan kami berkomitmen, sebagai Siemens, untuk berkontribusi," jelasnya.

Siemens berada di jalur yang tepat untuk mencapai jejak karbon nol bersih di seluruh operasinya pada tahun 2030 dan mencapai emisi gas rumah kaca nol bersih di seluruh rantai nilai pada tahun 2050.

Pada tahun 2024, Siemens Energy menyelesaikan penilaian jejak karbon perusahaan dan mengungkapkan emisi gas rumah kaca atau greenhouse gas (GHG) secara publik sesuai dengan Protokol GHG.

Protokol GHG membagi emisi GHG dari proses produksi menjadi tiga cakupan, yakni cakupan 1 mencakup emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan, sementara cakupan 2 mempertimbangkan emisi tidak langsung dari pembangkitan energi yang dibeli, dan cakupan 3 mencakup semua emisi tidak langsung lainnya yang terjadi dalam rantai nilai perusahaan.