Tokyo, Bharata Online - Di tengah kesulitan pemerintah Jepang mengatasi masalah ekonomi yang berkepanjangan, "ancaman Tiongkok" telah menjadi cara yang praktis untuk mengalihkan rasa frustrasi domestik, menurut seorang mantan pejabat Jepang.
Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Jepang terpuruk akibat pelemahan yen, kenaikan biaya impor, dan tingginya biaya hidup.
Dalam wawancara dengan China Media Group (CMG) pada hari Kamis (13/11), Ukeru Magosaki, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, mengatakan bahwa akar penyebab antagonisme yang ada terhadap Tiongkok adalah ketidakpuasan publik terhadap status quo ekonomi negara tersebut.
"Situasi ekonomi Jepang jauh dari optimis. Kondisi kelompok berpenghasilan rendah semakin memburuk. Mengarahkan ketidakpuasan publik pada isu-isu eksternal adalah cara paling sederhana untuk mengatasinya," ujarnya.
Magosaki mencatat bahwa meningkatnya permusuhan Jepang terhadap Tiongkok bukan sekadar produk retorika politik, tetapi juga merupakan cerminan bagaimana kecemasan ekonomi dimanipulasi.
"Ini tidak hanya didorong oleh kekuatan sayap kanan tertentu. Banyak frustrasi ekonomi masyarakat dikaitkan secara artifisial dengan apa yang disebut 'ancaman Tiongkok'. Itulah poin kuncinya. Dengan cara ini, ketidakpuasan domestik dialihkan dan diserap. Mekanisme seperti ini telah terbentuk," ujarnya.