JAKARTA, Bharata Online – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi adanya fenomena anomali cuaca ekstrem, di mana curah hujan setara satu bulan penuh, tumpah hanya dalam satu hari di sejumlah wilayah Sumatera. Fenomena ini menjadi pemicu utama serangkaian bencana hidrometeorologi parah, seperti banjir bandang dan tanah longsor, yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat baru-baru ini, menimbulkan kerugian material dan korban jiwa.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menjelaskan bahwa bencana ini bukan sekadar hujan biasa, melainkan hasil dari kombinasi beberapa faktor atmosfer aktif.
Penyebab utama anomali ini adalah keberadaan Siklon Tropis Senyar di sekitar Selat Malaka. Sistem tekanan rendah ini memerangkap massa udara basah, dan memicu pembentukan awan hujan skala meso yang massif, di sepanjang pesisir barat Sumatera bagian utara.
Di beberapa pos pengamatan, curah hujan harian tercatat sangat ekstrem, bahkan melebihi 300 mm dalam sehari, jumlah yang biasanya terakumulasi selama satu bulan penuh.
Para pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan organisasi lingkungan, menyoroti bahwa intensitas hujan ekstrem diperparah oleh kondisi lingkungan yang rentan, seperti kerusakan lahan dan alih fungsi hutan di daerah hulu.
Akibatnya, daya tampung tanah untuk menyerap air sangat lemah, menyebabkan limpahan air permukaan yang besar, memicu banjir bandang yang membawa material kayu dan lumpur.
Dampak bencana menjadi sangat masif, mencakup kerusakan infrastruktur vital seperti jalan, jembatan, dan juga rumah warga. Bencana ini juga memunculkan alarm keras bahwa kerusakan ekologis di Pulau Sumatera telah memasuki fase kritis dan mengkhawatirkan.
Pemerintah pusat, melalui BNPB dan kementerian terkait, telah berkoordinasi untuk menangani situasi darurat dan memastikan bantuan perbaikan bagi korban terdampak. BMKG sendiri mengklaim telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem sejak delapan hari sebelum bencana terjadi, menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan masyarakat. (Google AI)