JAKARTA, Radio Bharata Online - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI, Ai Maryati Solihah mengatakan, candaan terhadap konflik di Palestina yang dilakukan oleh lima anak SMP, dapat menjadi evaluasi bersama soal pendidikan karakter anak di Indonesia selama ini. 

Maryati menilai kasus ini menjadi bukti, bahwa pendidikan karakter anak belum dilakukan secara optimal, meskipun pemerintah sudah membuat banyak pembelajaran seperti kurikulum Merdeka Belajar dan karakter Pancasila. Menurut Maryati, masyarakat, apalagi anak tak seharusnya menjadikan konflik di Palestina sebagai candaan.  Mereka seharusnya melihat kasus ini dengan penuh rasa empati dan solidarity.

Dalam video yang viral di sosmed, salah satu siswa merekam empat orang temannya yang sedang makan di restoran cepat saji. Sejumlah anak itu menunjukkan makanan yang mereka pegang dan yang ada di atas meja. Mereka menyebut tulang ayam dan saus itu merupakan tulang, daging, dan darah anak-anak Palestina.

Maryati mengimbau, pendidikan karakter seharusnya tak hanya berbentuk nilai di atas kertas, tapi berupa sikap baik yang ditiru, dan sudah diinternalisasi oleh anak. Apalagi, di era digital saat ini anak-anak memang lebih melek digital, tapi mereka juga harus bijak menggunakannya.

Ia mengingatkan bahwa pendidikan karakter anak merupakan tugas bersama, tak hanya sekolah tapi juga orang tua dan masyarakat di sekitar mereka. Sebagai contoh, masyarakat dapat menginformasikan ke anak, bagaimana sikap pemerintah Indonesia membela Palestina, bahkan dalam forum internasional.  (Tempo)