XIONG’AN, Bharata Online – Sebuah seminar digelar pada hari Jumat di kedua sisi Selat Taiwan, untuk menyoroti pentingnya pertemuan bersejarah antara para pemimpin kedua belah pihak pada tahun 2015. Sepuluh tahun yang lalu, pada 7 November 2015, di Singapura, berlangsung pertemuan antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Ma Ying-jeou, pertemuan pertama antara para pemimpin kedua belah pihak di Selat Taiwan, sejak tahun 1949.
Dalam sebuah seminar di Xiong'an, Provinsi Hebei, para akademisi dari kedua belah pihak memuji pertemuan tersebut, sebagai tonggak sejarah dalam hubungan lintas-Selat, dengan menekankan bahwa kebijaksanaan politik dan pengalaman berharga yang dihasilkan, terus memberikan panduan penting dalam memajukan perkembangan hubungan lintas-Selat, yang damai dan mendorong reunifikasi nasional.
Berbicara di acara tersebut, yang disponsori bersama oleh Institut Studi Taiwan di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, kepala institut tersebut, Zhu Weidong, mengatakan, pertemuan tersebut telah menegaskan kembali Konsensus 1992, yang mewujudkan prinsip satu Tiongkok, sebagai fondasi politik bersama kedua belah pihak.
Menurut Zhu, pertemuan tersebut menunjukkan, bahwa selama kedua belah pihak mematuhi Konsensus 1992, hubungan lintas-Selat akan menikmati perdamaian dan kemakmuran, sementara setiap penyimpangan dari Konsensus akan menyebabkan turbulensi dan kemunduran.
Zhu mencatat bahwa dalam situasi yang kompleks dan penuh tantangan saat ini di Selat Taiwan, kedua belah pihak – khususnya pihak Taiwan – harus sepenuhnya mengakui dan menghargai Konsensus 1992, sebagai jangkar perdamaian dan kunci, bagi perkembangan hubungan lintas-Selat yang damai.
Chi Chia-lin, seorang peneliti sejarah Taiwan, mengatakan pertemuan tersebut merupakan peristiwa penting, yang menunjukkan bagaimana Konsensus 1992 telah membantu kedua belah pihak membangun rasa saling percaya politik, setelah berpuluh-puluh tahun konfrontasi, seraya menambahkan bahwa hal itu telah menciptakan model interaksi lintas-Selat yang positif dan sukses.
Berpidato dalam seminar yang diadakan pada hari Jumat di Taipei untuk memperingati 10 tahun pertemuan bersejarah tahun 2015, Cheng Li-wun, ketua partai Kuomintang Tiongkok (KMT), mengatakan bahwa fakta telah membuktikan bahwa Konsensus 1992 dapat meredakan ketegangan lintas-Selat, dan memfasilitasi pertukaran damai, dengan mengutip frekuensi pertukaran lintas-Selat antara tahun 2008 dan 2016 berdasarkan Konsensus tersebut. (Dengan masukan dari Xinhua)