Changsha, Bharata Online - Tiongkok dan Prancis memiliki pendekatan yang sama dalam memandang dunia melalui kerja sama, alih-alih konfrontasi, ujar mantan Perdana Menteri Prancis, Jean-Pierre Raffarin, yang menyerukan kolaborasi budaya, ekonomi, dan negara ketiga yang lebih mendalam.

Dalam wawancara dengan China Global Television Network (CGTN) di Kota Changsha, Provinsi Hunan, Tiongkok tengah, Raffarin menekankan bahwa kerja sama budaya bilateral telah lama menjadi model dan terus menawarkan momentum yang kuat bagi kedua negara untuk mengembangkan hubungan yang lebih luas.

Ia menekankan bahwa pertukaran budaya, ikatan antarmasyarakat, dan industri kreatif merupakan fondasi penting untuk memperkuat rasa saling percaya.

"Saya yakin kerja sama budaya antara Tiongkok dan Prancis memang dapat menjadi model yang dapat kita kembangkan lebih lanjut. Khususnya, saya memikirkan segala hal yang berkaitan dengan produksi bersama. Pagi ini kita mendengarkan presentasi yang sangat indah dari presiden Pusat Seni Pertunjukan Nasional, sebuah gedung opera megah yang dirancang oleh arsitek Prancis Paul Andreu, tempat berbagai kolaborasi budaya dan seni antara Tiongkok dan Prancis berkembang pesat. Tujuan kami adalah memastikan bahwa kami memperluas bentuk kerja sama ini di negara-negara ketiga, yang saya yakini merupakan strategi yang sangat positif," ujar Raffarin.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok dan Prancis telah memperluas kemitraan strategis komprehensif mereka, memperluas kerja sama dari budaya dan penerbangan ke energi, kesehatan, dan pembangunan berkelanjutan.

Menurut Raffarin, lanskap internasional yang terus berkembang membuat kedua negara semakin mendesak untuk mengeksplorasi jalur kerja sama baru di luar lingkup bilateral mereka.

"Kita perlu menjalin kerja sama Tiongkok-Prancis di negara ketiga. Kita juga memiliki kerja sama di bidang energi nuklir dengan Tiongkok di Inggris, negara tetangga Prancis. Saya yakin bahwa ketika kita memiliki kemitraan yang solid di bidang aeronautika, transportasi, agri-pangan, kesehatan, dan bidang kerja sama lainnya, akan sangat penting untuk mengembangkan kerja sama kita di pasar ketiga. Ini merupakan komponen baru dari kerja sama kita, yang membuka prospek baru. Dari perspektif ini, budaya merupakan area yang sangat subur dalam hal inisiatif dan kreativitas untuk meluncurkan proyek bersama," jelasnya.

Berlandaskan kerja sama yang telah ada, Raffarin mengatakan bahwa Prancis dan Tiongkok harus bersama-sama mengembangkan lebih banyak produk dan solusi Prancis-Tiongkok dengan mempertimbangkan pasar global.

Ia mencatat bahwa di dunia yang menghadapi ketidakpastian yang semakin meningkat, pembangunan berbasis kemitraan, alih-alih unilateralisme atau konfrontasi, adalah jalan yang sejalan dengan filosofi diplomatik kedua negara yang telah lama ada.

"Di masa lalu, perdagangan berarti menjual produk ke negara-negara sahabat -- produk Tiongkok dijual di Prancis, dan produk Prancis di Tiongkok. Hal itu tetap penting saat ini, tetapi kini kami lebih memikirkan produk yang dikembangkan bersama oleh Tiongkok dan Prancis, yang memiliki potensi pertumbuhan yang kuat di pasar negara ketiga. Saya yakin ini merupakan arah yang sangat signifikan bagi kerja sama kita -- memasuki negara ketiga di mana kedua belah pihak menjalin hubungan yang konstruktif, dan, secara lebih luas, memandang dunia sebagai dunia kerja sama, alih-alih dunia yang penuh ketegangan dan konfrontasi," ujarnya.